Mengenal Sosok Dibalik Buku Iqro, Guru Ngaji yang Mendunia

Mengenal Sosok Dibalik Buku Iqro, Guru Ngaji yang Mendunia

Sosok Dibalik Buku Iqro -(Foto/muslimediabooks.com)-

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Umat Muslim di Indonesia umumnya familiar dengan buku Iqro. Melalui buku ini, jutaan umat Islam di Tanah Air belajar huruf Arab yang menjadi kunci untuk membaca Al Quran, kitab suci mereka.

 

Banyak dari kita juga bertanya-tanya siapa sosok dibalik buku Iqro tersebut. Yuk mengenal lebih dalam!

 

Sosok Dibalik Buku Iqro

 

Meskipun demikian, banyak yang mungkin tidak menyadari bahwa Buku Iqro', Cara Cepat Membaca Al-Qur'an, sebenarnya disusun dan dikembangkan oleh seorang guru ngaji asal Indonesia. Dialah K.H As'ad Humam, seorang guru ngaji yang berasal dari Yogyakarta, yang telah membantu jutaan orang di Indonesia dan di luar negeri agar mampu membaca Al-Qur'an dengan lancar.

 

K.H As'ad Humam diakui secara luas atas kontribusinya yang besar, bahkan dijuluki sebagai pahlawan penyelamat Al Quran. Foto beliau bahkan terpampang di bagian belakang buku Iqro sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.

 

Menurut Mitsuo Nakamura dalam bukunya yang berjudul The Crescent Arises Over the Banyan Tree (2012), K.H As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Dia merupakan generasi kedua dari keluarga Muhammadiyah, yaitu H. Humam Sirajd, seorang pengusaha sukses di Selokraman.

 

As'ad menyelesaikan pendidikan dari tingkat rendah hingga tinggi di sekolah Muhammadiyah. Namun, pada tahun 1963, nasibnya berubah drastis. Saat berusia 18 tahun, dia mengalami kecelakaan jatuh dari pohon yang menyebabkan pengapuran tulang belakangnya. Dokter memberikan diagnosa bahwa As'ad akan menjadi cacat seumur hidup: dia akan berjalan dengan pincang dan tidak dapat menggerakkan lehernya, sehingga harus bergantung pada tongkat untuk berjalan.

 

Sebagai hasilnya, dia tidak lagi mampu melanjutkan pendidikan formal dan beralih profesi menjadi guru ngaji. Sebagai guru ngaji, dia terkenal karena kemampuannya mengajar murid membaca Al-Quran dengan cepat. Jika mengikuti metode konvensional atau Badghadiyah, seseorang membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk dapat membaca Al-Quran.

 

Namun, melalui metode yang dikembangkan As'ad, seseorang bisa lancar membaca Al-Quran hanya dalam beberapa bulan. Pendekatan tersebut melibatkan pembelajaran berbasis kata per kata, dimulai dari yang paling mudah hingga yang paling sulit. Awalnya, murid diajarkan dengan kata "ba-ta", "a-ba-ta", "ja-ja", dan seterusnya hingga mereka mampu membaca kalimat-kalimat yang lebih panjang.

 

Dengan cara ini, pembelajaran membaca Al-Quran menjadi lebih sederhana dan dapat dipahami oleh murid, khususnya anak-anak. Metode ini kemudian dikenal sebagai Iqro, yang diperkenalkan secara luas oleh As'ad pada tahun 1983.

 

Menurut laporan Gatra (1996), Iqro pertama kali diuji coba kepada anak-anak yang diawasi oleh tim tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM) Yogyakarta. Metode ini kemudian berkembang di TKA/TPA (Taman Kanak-Kanak Al-Quran/Taman Pendidikan Al-Quran) yang didirikan oleh AMM pada tahun 1988. Hasil uji coba menunjukkan bahwa murid-murid dapat membaca Al-Quran dengan lebih cepat.

 

Kesuksesan ini membuat pemerintah melihat metode Iqro sebagai cara terbaik untuk mengatasi buta huruf Al-Quran. Sejak saat itu, penggunaan metode Iqro semakin meluas, terutama setelah pemerintah menyebarkan rekaman dan buku Iqro ke seluruh Indonesia.

 

Keberhasilan Iqro juga telah merambah ke luar negeri. Umat Muslim di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam mulai mengadopsi Iqro sebagai metode pembelajaran Al-Qur'an. Buku Iqro telah dicetak dalam jumlah yang besar oleh berbagai penerbit.

 

Yang menarik, pendapatan dari penjualan buku tersebut tidak dimasukkan ke dalam kekayaan pribadi As'ad, tetapi dialirkan untuk kepentingan umat. Uang yang diperoleh dari penjualan buku Iqro diketahui digunakan untuk mendirikan pusat pengajaran dan fasilitas keagamaan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: